Saturday, August 5, 2017

Sebelum Punya Anak, Punya Value Dulu Dalam Keluarga



"Jadi orang tua itu emang nggak ada sekolahnya. Kita nggak dididik untuk menjadi orang tua yang baik. Jadi sebelum kita bisa bicara (tentang peraturan) ke anak, orang tua sudah harus punya commitment dulu tentang value apa yang akan diterapkan pada anak"

Jeng..jeeeng...
Susunan kata-kata itu saya tangkap ketika pertama kali hadir di seminar parentingnya ibu Elly Risman beberapa tahun yang lalu. Lupa tahun berapa. Tapi twinster masih kucil-kucil. Saat itu saya niat banget untuk memperdalam ilmu parenting, mengingat krucil kenyataannya nggak akan bertahan cilik terus. Yang saya ingat saat itu udah ada gejolak dalam menghadapi si sulung Melvyn.


Ow just in case ada di antara kalian yang belum tau, saya adalah ibu beranak 4.
Ada Melvyn (15 thn)
Ada Marshall (11 thn)
Ada Marvell (11 thn)
Ada Mayra Najmah (10 thn)
I'm a proud mother indeed!

Sebetulnya seminarnya waktu itu mengenai Pede Bicara Seks dengan Anak. Tapi di postingan kali ini saya mau share tentang value dalam keluarga. Karena ini bener-bener jadi pedoman banget saat kita dealing with the kids. Dan bu Elly pun dalam beberapa seminar lainnya yang saya hadiri, selalu menyinggung mengenai value ini.

Tujuan saya sharing tentang value dalam keluarga ini adalah sekedar membantu temen-teman lainnya yang masih muda, baru mau memasuki dunia parenting, jadi bisa pasang amunisi dulu. Nggak mengalami gaya koboi seperti yang saya dan suami lakukan dengan langsung terjun dan sambil ngangak kanan kiri belajar. Yang saya sampaikan disini adalah merupakan hasil pembelajaran saya dari ibu Elly Risman.

Value. Apaan sik itu?
Kalau arti secara kamusnya, value itu adalah nilai.
Value dalam keluarga bisa diartikan dengan nilai-nilai seperti apa yang akan diterapkan di keluarga kita.

Nilai beragama seperti apa yang akan kita terapkan?
Nilai sosial seperti apa yang akan diberlakukan? Secara suami istri gimana? Ke anak-anak gimana?
Nilai dalam berpakaian seperti apa?
Dan selanjutnya.. en de bray.. en de broy...

Sebetulnya sik, secara nggak langsung sebetulnya kami sudah tau value seperti apa yang akan kami terapkan di rumah tangga kami. Terutama anak-anak. Tapi nggak pernah terperinci dengan jelas pembahasannya. Jadi ya tau sama tau aja. Nah, kalau gaya seperti ini kekurangannya adalah ketika berbenturan dengan pelanggaran yang dilakukan anak, kami sebagai ayah ibunya kadang jadi punya 2 penyampaian yang berbeda. Walaupun intinya sama. Terus kadang kalau ada perbedaan, jadinya ya bergesekanlah antara si ayah dan ibunya. Ya saya dan suami beberapa kali begitu.

That's why.. value dalam parenting itu sebaiknya udah harus dibahas secara detail sebelum terjun ke dunia parenting. Walaupun agak telat, akhirnya kami berdua ya ngerjain juga. Kami bahaslah beberapa hal yang tadinya cuman tau sama tau aja. Contohnya ini deh...

Kami berdua sepakat bahwa Najmah anak perempuan kami harus menutup auratnya. Setuju lah sayah kalo itu mah yak. Tapi ketika kami bahas secara detail, ternyata ada perbedaan dalam opini kami tentang bagaimana mengimplementasikannya. *sedaaaapp kata-katanya yaaa.. macam sikolokh aja saya niiiii*

Mayra Najmah. Kalo nggak salah umurnya 5 bulanan.

"Baby harus berjilbab!" kata suamik. Najmah si bungsu panggilan sayangnya kalau di rumah adalah Baby.
Siaaapp.. setuju. I'm with you dah.. Lalu sayah buka suara..

"Iya dong. Harus itu. Pokoknya nanti dia berjilbab harus dari hatinya.. harus dari kemauannya sendiri. Jadi ketika dia sudah mantap, in syaa Allah nggak akan lepas-lepas lagi." kata saya, sang istri kesayangan, paling cantik dan paling dimanja. Confirmed itu mah. :P

"Oh nggak bisa. firman (Allah) adalah firman (Allah). Sudah ada dalam Al-Qur'an. Begitu Baby sudah baligh, harus menutup aurat."

"Tapi aku belajar dari pengalaman pribadi aku. Aku orangnya nggak bisa disuruh-suruh. Allah aja yang membalikkan hatiku sampai akhirnya aku mantap berhijab"

"Nggak bisa. firman (Allah) adalah firman (Allah)"
And that was the end of my fighting. Sang leader sudah menetapkan ketentuan value untuk anak perempuan kami satu-satunya. Tinggal gimana saya sebagai ibu yang sudah diwajibkan untuk kreatif, bisa memberikan pengertian ke si bungsu.

Najmah pas lebaran thn 2016. Per detik ini dia sdh paham bahwa ketika baligh nanti dia harus berhijab.
Tapi dari saya sebagai ibunya belum nyecer atau kasih statement: pokoknya nanti kamu berhijab yaa. Baru tahap kasih pengertian terus. Semoga ada hasilnya nanti. Dan Najmah pun belum baligh.

Nah yang kayak gitu lhoooo men-temen. Itu harus dibahas. Tuntas. Detail.
Sama seperti kami membahas tentang pacaran. Kami akhirnya sepakat tidak ada yang namanya pacaran untuk anak-anak kami. Berteman aja dulu. Silahkan pacaran kalau memang sudah siap untuk menikah. Kami juga bukan yang menentang nikah muda juga, secara Madam kan nikahnya mayan muda lah waktu itu yaaakk.. umur 23 tahun.

Jadi.. ketika si sulung cerita bahwa ada cewek yang naksir dia. Dan dia juga suka sama si cewek, kami berdua bisa ngajak dia bicara dan mengarahkan kepada value yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Si sulung Melvyn

"Ngapain sih Melv kamu ngiket diri dengan pacaran. SMP SMA itu waktunya kamu banyakin temen. Banyakin koneksi. Kamu kan sudah tau tujuan kamu bersekolah apa. Kamu sudah tau mau kamu apa. Fokus kesana. Pokoknya papa nggak mau ada pacar-pacaran ya.."
~versi papa

"Terus kalau sudah suka-sukaan gitu kamu akhirnya mau ngapain, Kak? (dijawab nggak ngapa-ngapain katanya) Nah kalau emang nggak ngapa-ngapain, sebaiknya kamu berteman biasa aja. Banyakin moment dengan teman-teman yang lain. Mama melahirkan kamu sampai mengalami antara hidup dan mati, kak. Mama cuman ingin kamu nantinya masuk surga. Itu aja. Perbanyak ibadah, kak. Jangan libatin diri kamu ke hal yang bisa bikin dosa. But, if you really can't help it, kamu bener-bener naksir sama cewek, and you really don't know what to do.. please please come to me. Tell me. So I can guide you to the right path. To the right track. I'll be the one who will help you when you're in trouble.."
~versi mama

Nah kami bisa ngomong begitu ke si Kakak, karena kami sudah punya kesepakatan sebelumnya. Sudah tau valuenya. Dijamin deh, kalau kalian sudah menetapkan ini bersama pasangan, in syaa Allah akan lebih mudah (sedikit) dalam membimbing anak-anak nantinya. Jangan ditunda-tunda untuk having this kind of conversation. Mulai secepatnya. Walaupun misalnya anak-anak udah SD, dan baru mau dimulai Konferensi Meja Bundar sama pasangan dalam menetapkan value, it's alright.. karena hal-hal yang akan kita hadapi dalam mendidik anak-anak akan sangat kompleks.

Beeeuuhh.. banyak yang kudu dibahas tentang value ini lho. Selain contoh di atas, ada juga:
Tentang penggunaan gadget.
Tentang pemilihan sekolah.
Tentang permintaan anak untuk nginep di rumah temennya.
Tentang tontonan.
Tentang main games.
Tentang cara berpakaian anak.
En de bray.. en de broy..

Sekilas kayak hampir sama yaaa value dan peraturan. Emang kayak beda tipis gitu yak. Tapi sebetulnya peraturan ini adalah yang menunjang value. 


Contoh aja tentang gadget lah yaa.. (Ini yang di keluarga kami: iPad, Nintendo DS, Play Station, Laptop, PC, Handphone)
Value: kita pingin anak kita bisa adapt dengan pergadgetan, tapi nggak jadi addict. Pengaruh buruk yang didapat dari gadget pun harus bisa diminimalisir.

Peraturan:
- Kalau lagi makan nggak boleh main gadget.
- Dibawah 5 tahun, maen gadget maksimal 1,5 jam totalnya. Itupun maennya giliran. Per 15 menit gantian. Nggak berlaku untuk DS karena masing-masing mereka sudah punya sendiri-sendiri)
- Punya Hp masing2 itu sejak si bungsu kelas 4 SD dan twinster kelas 5 SD. Si Kakak dari pas SMP. Hanya untuk mempermudah jemput menjemput.
- Kalau malam, semua Hp dikumpulin di kamar Big Mommy.
- Dan peraturan peraturan ngeselin lainnya lah...

Kalau sudah ada kesepakatan penuh cinta antara suami dan istri, mulailah value itu ditanamkan ke anak-anak. Diulang-ulang terus ngomonginnya. Sampai akhirnya terekam dalam otak mereka. Apakah kudu nunggu sampe anak-anak pada bisa ngomong dulu baru dibahas? Ya janganlah.. mulailah secepatnya. Anak dari kucil yang baru bisa jalan pun sudah bisa mulai kita tanamkan value yang akan berlaku di keluarga.

Tentang moral, misalnya.
Dari kucil udah diajarin bilang thank you kalo dia nerima sesuatu. Walopun ngomongnya juga masih "e uuuu"
Dari kucil udah diajarin bilang sorry kalau berbuat kesalahan. Walopun ngomongnya juga cuman "owiiiii"
Dari kucil udah diajari bilang please kalau butuh bantuan. Walopun ngomongnya juga cuman "pwiiiisss"
Dari kucil udah dibiasakan nggak nyalah-nyalahin lantai yang nakal kalau dia jatuh dan kesakitan. Terus si ortu pake aksi mukul-mukul lantai sambil bilang "nakal nih emang lantainya yaa.. mama pukul yaaa" :D Tapi dengan bijaksananya bilang: "kasian sayang mommy, sakit ya nak? Next time you'll be careful, OK?" Jadi anak nggak tumbuh sebagai manusia kicik yang bisanya nyalain orang lain.

Lha emang itu termasuk value yang harus ditetapkan juga? Ya iyalaaahh.. harus disepakati juga. Jangan sampek nanti cuman emaknya yang kayak gitu, tapi bapake masih pake aksi nyalah-nyalahin lantai yang nakal kalo anaknya jatoh. Anaknya bingung dong ntar. Jadi seandainya si emaknya lagi ga nggak ada, cuman ada bapake, lalu bapake ngeliat si nenek pasang aksi mukul-mukulin lantai karena lantai yang salah sehingga si cucu nangis pas jatoh, bapake bisa langsung beraksi mengingatkan si nenek, lalu ambil alih keadaan dengan bilang ke anak

"Kasian sayang papa, nangis karena kesakitan ya? Next time no more pain if you'll be careful, ok? Let me hug you.." Gituuuuuu......

Kira-kira seperti itulah masalah value ini. Kenapa akhirnya saya bikin tulisan ini? Karena ternyata setelah saya beberapa kali ngobrol-ngobrol dengerin curhatan temen-temen saya mengenai parenting, most of them memang belum menetapkan value apa yang akan diberlakukan di rumah mereka. Sehingga banyak sekali kebingungan-kebingungan atau masalah-masalah yang mereka hadapi dengan anak-anak mereka. Dengan pasangan mereka. Dengan orang tua mereka. 

Dan apa yang saya sampaikan di tulisan ini, itu juga yang sudah saya praktekkan dan terapkan di rumah tangga saya ini. I walk the talk. Saya memang udah punya prinsip, apapun info tentang parenting yang saya share di blog saya adalah hal-hal yang sudah saya kerjakan dan sudah ada hasilnya. Or at least on going.

Baeklaah.. semoga bermanfaat yaaa. Dadaaaahh....


9 comments:

  1. Duuh yg soal pacaraan mantep bgt penjelasannyaaa ke melvyn 👏👏👏 saya sukak saya sukak 😍😍

    ReplyDelete
  2. Suka bangeeet pembahasan ini Madam! Banyak-banyakin lah post soal parenting, apalagi untuk Melvyn yang udah abege. 😁 Biar bisa aku aplikasiin ama adekku yang seumuran ama Melvyn, lagi bergejolak umur segitu huhu

    ReplyDelete
  3. Thanks madam.... suka banget :*

    ReplyDelete
  4. Madam.. aku suka bahasannya. 😘 Kedua orang tua memang harus kompak dalam mendidik dan mengasuh anak.. 😉

    ReplyDelete
  5. Madam... ngeselin yaaa :)) pas bagian hp dikumpulin tuh hahaa
    Makasih yaa sharingnya mbaaaa, seruuu :))
    Btw, happy birthday madam ^^ barakallah fii umrik yaaaa

    ReplyDelete
  6. Thank you bunda yonna for this awesome post.. btw happy birthday yaaa.. 😘😘😘 tetap sehat, bahagia dan semoga makin banyak karya2 kerennya.. 😍😍😍

    *Brb kirim link artikel ke pak suami*

    ReplyDelete
  7. Madam...tfs ya, jadi banyak belajar persiapan kelak. Pernah ikutan seminar parenting nya bu Elly juga ternyata...oh ternyata...jadi orang tua nggak mudah apalagi di jaman modern skrg, memang yang paling berat adalah amanah.

    ReplyDelete
  8. Cocok banget buat aku yg blm berkeluarga nih. Harus ada kesepakatan antara suami istri ttg didik anak dll. Yg kuterapin sama ponakan ya, makasih, maaf sama tolong. Dan lumayan berhasil meski kdg ngamuk2

    ReplyDelete

Lemonilo di Keluarga Baim Wong

  Baru selesai nonton video Youtubenya Baim Wong dan istrinya Paula. Seneng ya kalo liat ada kesamaan yg dilakukan selebriti dengan kita, r...