Saturday, February 7, 2015

Goodnite, Sexy!

4 anak ritualnya kasih goodnight kisses dulu ke Big Mommy sblm tidur. Then came the flamboyant boy to kiss me..

Boy: Goodnite.................. sexy!
Me: goodnite! And why did you call me that?
Boy: because you look sexy!
Me: What is sexy to you?
Boy: nothing.. goodnight, sexy!
Me: So it's not pretty? Or beautiful?
Boy: No.. sexy!

Akuh bingung. And played my card:

Me: And for your info... that's why I wear hijaab to make me look not sexy.

Boy: ow.. okey. Goodnite!

Then I dialled his father 😄😄😄

#AnakItuAdalahMarvell
#YangBeberapaKaliBilangEmaknyaBagusanNggakPakeHijab

Monday, February 2, 2015

Revolusi Mental Orang Tua. Versi Gue.


I learn a lot from my kids.
Especially I learn a lot from my eldest. Karena selalu ada 'kasus' baru kalau sama si Sulung. Terus nanti pas ngadepin adik2nya jadinya udah lebih smooth.

Si sulung untuk pertama kalinya ikutan turnamen taekwondo. Dan hanya dari 1 event ini, gw bisa belajar banyak. Inilah beberapa diantaranya.. yang menunjukkan bahwa Revolusi Mental diperlukan banget oleh orang tua di Indonesia. 

=======

Aaarrgghh... this was the hardest lesson.
Begitu gue tau si Sulung mau ikutan turnamen, pertanyaan pertama gue ke dia adalah:

"Are you sure? Are you ready?"

Dan dia jawabnya yakin banget.. dengan YES.

Sebetulnya.. pertanyaan itu adalah untuk diri gue sendiri.
Sebetulnya yang nggak ready itu adalah gue.
Hati gue ngilu ngebayangin anak gue tendang-tendangan.
Kena perutnya. Kena kepalanya. Kena mukanya.

Tapi ya gue harus belajar. That was a huge step for me.

Begitu hari H-nya.. gue bener2 nervous. Mulut gue berasa kering. Senewen. Suami sampai gue larang untuk nelpon2 karena gue senewen.
Dan gue harus bersikap cool and calm di depan anak2.
Aaargghh.... aren't mother the best actors? :D

But I did it. I was awesome. I guess.
Diluar jeritan2 macam orang kesurupan pas si Sulung lagi tanding.
I was still awesome.
Next time I'll be calmer. I'll be cooler.

Revolusi mental pertama.
Revolusi mental selanjutnya..
Ini diluar diri gue.

Pertandingan udh dimulai.. beberapa partai udh jalan. Di salah satu arena, ada anak sekitaran umur 8 thn tanding. Salah satunya jatuh dan lututnya keinjek lawan. Kesakitan. Nangis.

Bapak2 yg dari tadi berisik di belakang gue dgn logat Sumatranya langsung ngakak ngetawain kenceng banget dan bilang ke anaknya yg umurnya sekitar 8 thn juga:

"Bwahahahaha... nangis! Masa gitu aja nangis.. ahahahhahaa... liat tuh!" Sambil nyikut anaknya.

Gue nengok ke belakang dan spontan bilang: "ya ampun.. kok diketawain sih"

Najmah nanya: kenapa Mommy?

Dengan lantang dan gue tau itu bapak ngeliatin dan dengerin gue, gue pun bilang:

"Sangat tidak baik ya sayang kita menertawakan orang yg sedang kesakitan. Apalagi anak kecil. Secara moral, kelakuan itu buruk sekali.."

Then I don't  hear his laughter anymore..

I mean.. GOD.. really??
Seorang bapak. Berumur matang. Berperilaku seperti itu di depan anaknya?
Dan thanks to him.. gue jadi punya perfect examples yang nyata di depan mata untuk anak2 gue. Mereka jadi tau bahwa orang kayak gitu ada. Mereka bisa belajar dari seorang ayah perilaku yang memalukan.

Revolusi Mental selanjutnya yang diperlukan orang tua Indonesia:
Gue duduk diantara orangtua2 dari sebuah club taekwondo. Kebanyakan dari mereka logat Sumatra. Salah satu anak cowok dari club tersebut udah kelar tanding. Sekitar umur 8-9 tahun. Kalah.

Kecewa keliatan banget dari wajahnya. Gue bisa rasain gimana perasaan di dalem hatinya, kudu balik ke tempat duduk dia yang penuh dengan para orang tua dan juga teman2nya.

Begitu dia sampai di tempatnya, seorang wanita yang gue asumsikan adalah ibunya bilang:

"Kalah? Yeeeee... itulah.. kamu itu kurang fokus.." sambil kasih senyuman seringai yang gue ngeliatnya kesel banget. Gue yang nggak ikut tanding, nggak ngerasain kalah, gue aja eneg banget liat senyumnya.

Terus gue liat ke anaknya. Dia nunduk sambil rahangnya sedikit gerak2. Dia menahan emosi nampaknya. Terus dia duduk. Seorang ibu ngasih dia makanan KFC. Dan ibu2 lain ada yang nanya juga: "gimana? menang? kalah?"

Wanita yang gue asumsikan ibunya langsung jawab: "kalah.. abisan.. dia itu kurang fokus!"

Mothers... did you really have to do that?
Apa perasaan loe udah mati hanya untuk bisa ngerasain apa yang ada di hati anak loe?

Disini gue udah mendapatkan pengingat duluan.. tentang apa yang harus gue lakukan ketika anak gue kalah nanti. Ataupun menang.

Hargai perasaan anak. Rangkai kata-kata yang benar.
Sesuatu yang emang gue pun masih harus belajar banyak.

Oke.. Revolusi Mental selanjutnya:

Masih tentang salah satu orang tua dari klub yang sama.
Dia punya 3 anak yang tampangnya bule2. Cowok semua. Ikutan tanding semua.

Anak pertama kayaknya udah SMA. Atau mungkin kuliah. Namanya Michael.
Anak kedua sekitar umur 10 thn. Namanya Shane.
Anak ketiga sekitar umur 8 thn. Gue nggak tau namanya siapa. Kayaknya Jeremy deh.

Anak ketiganya tanding duluan. Kalah.
Gue bisa denger pembicaraan si anak dengan salah satu ibu2 yang nanyain dia menang atau kalah..

"(aku) kalah. Abisan lawannya nggak seimbang. Dia lebih tinggi gitu."

Terus ibunya datang. Dan membahas kekalahan anaknya dengan ibu2 yang lain.. ucapannya pun sama. Bahwa lawan anaknya nggak seimbang.

And I saw the fight. It was a fair one. Tinggi mereka sama. Hanya saja lawannya itu lebih agresif.

Anaknya yang kedua tanding. Menang.
Menang bukan karena dia berhasil mengalahkan lawan. Tapi karena lawannya nggak hadir. Jadi menang.
Nggak ada pembahasan apa2 dari si ibu tentang hal ini.

Anaknya yang pertama tanding. Gue nggak liat fightnya. Kalah.
Anaknya sih diem aja. Gue emang liat anaknya yang pertama ini karakternya emang pendiem. Nggak banyak ngobrol. Dia sibuk dengan tab, handphone dan earphonenya aja. Nggak merhatiin pertandingan2 yang berlangsung.

Dan gue liat ibunya membahas kekalahan anaknya dengan ibu2 yang lain.
Ucapannya juga mengacu bahwa lawan anaknya nggak sepadan.

Ow God.. really?
Sampai kapan kita sebagai orang tua harus menyalahkan faktor luar untuk sebuah kegagalan yang dilakukan anak kita?
Terus jadinya kapan dong pikiran kita mau terbuka untuk meng-scanning apa yang harus dibenahi dalam diri anak kita?

Dan kejadian ini adalah reminder yang berharga banget untuk gue. Gue bener-bener bisa melihat dari sisi luar, what it looks like to the parents and also to the children.

Being a parents itu emang nggak ada sekolah khususnya. Satu-satunya cara adalah kita harus mau membuka hati dan pikiran kita untuk belajar dari sekitar.. dan yang terpenting adalah belajar dari anak kita.

Dan ya... postingan ini adalah semata-mata untuk gue yang masih harus melakukan revolusi mental sebagai orang tua.

Grateful: Jatuh Hati



Pagi ini pas gw lagi sendiri, gw narik nafas panjang sekali. Memghembuskannya tdk dgn kecepatan tinggi.

Gw review lagi apa yg gw punya.
Gw jadi tau rasa syukur yang gw lupa.

Ya allah.. terima kasih.
Sudah membiarkan hamba jatuh hati.
Cinta mati.
Pada seorang manusia yang baik hati sekali.
Ow.. dan juga gantengnya bikin hati happy.

Bersama dia...
Hal-hal baik selalu terjadi.
Tak terduga. Nggak disangka2.

Makasih ya Allah yaaaaa....

Udah. Itu dulu. 😆😆😆

Sunday, February 1, 2015

Anakku Menangis...



Bukan. Bukan karena dia kalah.
Yup, si Sulung hari ini ikut turnamen taekwondo. Baru pertama kali.
Yup, si Sulung ikutan ekskul Taekwondo di sekolahnya. Dan baru 6 bulan join.

Dia nyerang.
Dia bertahan.
Dia kalah.
Tapi memang hari ini belum waktu yang terbaik bagi dia untuk memang.

Gw bisa liat wajah kecewanya. Bisa gw rasain. Tapi dia gengsian, kayak gw. Dia tunjukkan ke dunia kalau dia fine. Gw bisa ngerasain energi yg dia keluarin untuk bisa ngumpetin perasaan dia yg sebenarnya.

Di mobil.
"How do you feel, kak?"
"Gapapa.." katanya...

Terus gw merantaikan ucapan...
"Kamu ngerasa apa? Kecewa? Gemes?
IT'S OK! What you did was great!

Lawan kamu, lebih berpengalaman dari kamu. Dan kamu bisa bertahan ngadepin serangannya tanpa kamu harus tersungkur atau ngebungkuk2 kesakitan. I was so amazed by that. I just knew that you were that strong!

I knew you will do your best.. I believed in you... tapi tadinya mama takut apa kamu bisa bertahan.. because i saw peserta2 lain ada yg sampai tersungkur, berdarah2, kesakitan. I just knew. And you were awesome!"

Katanya...
"Kakak itu gemes ma.. kakak kecewa. Kakak itu lupa blocking.. kakak tadi itu mau kasih bla bla bla.. *lalu dia ngomongin istilah2 taekwondo yg gw nggak ngerti*"

Lalu mulut gw bersuara lagi...
"It's OK kalau kamu kecewa. That's normal. Perasaan normal kalau orang kalah adalah kecewa. Mana ada orang kalah terus dia loncat2 kesenengan dan langsung sujud2.

It's normal untuk kecewa. Tapi jangan kelamaan. Because you have to get up. You have to turn it into perasaan gemes.. so you can do better next time.

One other great thing you did was... kamu nggak menggunakan luka parah di telapak kaki kamu sebagai salah satu faktor yg bikin kamu lemah. Because you were so focus to do the best. Not everybody can do that.

I saw a mother with her 3 sons yang ikutan lomba. Mereka kalah semua. Ibu dan anak sama2 cari kesalahan.. yang lawannya yang lebih tinggi laahh... yang lawannya nggak seimbanglah.. Tapi kamu nggak begitu.

You know what I prayed to Allah today? I didn't ask for you to win this tournament. I asked to Allah to give a great experience for your life. And what you had today was a great one. Because you already a winner, sayang. And I'm so proud of you!"

Lalu sambil nyetir gw pun nengok ke si Sulung..
Dia menyeka air matanya. Dan ambil tissue untuk lap ingusnya..
Anakku menangis.

I smile. And had a thought. Maybe I can be a good taekwondo coach.

Lemonilo di Keluarga Baim Wong

  Baru selesai nonton video Youtubenya Baim Wong dan istrinya Paula. Seneng ya kalo liat ada kesamaan yg dilakukan selebriti dengan kita, r...