Mau cerita tentang teman baru gue. In syaa Allah ada hal yang bisa dipetik dari cerita tentang Wiwid ini. Kalao dari versi gue adalah.. everybody has their own battle. Everybody can be a hero in their own war. Dan gue mau cerita battle versi temen blogger gue, Wiwid Wadmira.
Ketika Wiwid menikah di usia 27 tahun, sebulan kemudian Wiwid hamil. Alhamdulillah. Udah berkah dari Allah banget. Kerjaan lancar. Dapet berkah hamil pulak. Nggak berhenti sampek disitu, ternyata janinnya kembar! Bahagianya double-double. Tidak semua wanita di dunia ini dipilih Allah untuk membawa lebih dari satu janin di dalam rahimnya.
Selanjutnya yang dihadapi Wiwid adalah diagnosa dokter yang bilang bahwa kapasitas kandungan Wiwid itu 80% hanya muat untuk 1 janin. Jadi besar kemungkinannya akan mengalami ngelahirin prematur. Lalu lalu Wiwid dan suami dihadapkan pada kenyataan bahwa kontrak kerja suami tidak diperpanjang. Selanjutnya hidup mereka hanya mengandalkan gaji dari Wiwid semata. Ah tapi kan Allah itu maha bertanggung jawab. Pasti akan ada rezeki yang sudah disiapkan untuk keluarga kecilnya. Apalagi ada 2 ruh di dalam rahimnya Wiwid.
Perkiraan dokter pun kejadian. Saat usia kehamilan 33 minggu, Wiwid mengalami pecah ketuban. Bayi perempuan kembar pun lahir dengan proses persalinan normal, Kira dan Kara namanya. Seperti bayi prematur lainnya, Kira dan Kara lahir dengan berat badan rendah. Kira 2010gr dan Kara 1500gr. Kira Kara pun harus hidup di dalam inkubator selama 38 hari.
Ketika Wiwid nyeritain Kira Kara harus berada dalam inkubator, komen gue adalah gue tau banget gimana rasanya pulang ke rumah tanpa membawa bayi, gue langsung nangis kejer di mobil. Gue bilang begitu karena gue sudah pernah ngerasain. Beda dengan gue, kalo Wiwid mewek di kamar. Iya ya.. kan gue drama queen yak 😛
Yang gue suka dari Wiwid ini adalah, sebagai pengantin baru yang langsung cess plengg hamil… dan ternyata mendapatkan bayi kembar, dengan keadaan yang tidak semulus yang diharapkan, Wiwid ini tangguh banget ngadepinnya. Nggak cengeng. Kuat. Tegar.
Ketika gue tanya apa rasanya dihadapkan harus ngurus 2 bayi prematur yang lahir dengan berat badan rendah, apakah ada rasa optimis? Atau rasa khawatir berlebihan? Atau rasa takut berlebihan?
“Entah kenapa dulu rasa panik itu jauh banget dari aku. Bahkan mendampingi Kira yang sehari bisa 10x ganti jarum infus aja aku kuat dan tegar. Nggak nangis, apalagi mewek. Dulu pasrahnya total. SEtiap hari yang diingat hanya bersyukur bisa 1 detik lebih lama menjadi ibu dari si kembar. Bahkan ketika dari lambung Kira keluar darah pun nggak ada rasa panik karena aku tahu dokter dan suster pasti do the best. Kira dipasang selang segala macem aja aku nekat ngedampingin sendiri. Padahal sama suster dilarang, takutnya aku nggak kuat. Aku bilang kalau aku bisa, aku nggak apa2. Mungkin tekat yang kuat itu yang dirasakan akhirnya oleh si kembar. Sampek sekarang 2 anakku itu keukeunya ampun2an.."
Wiwid memandikan sendiri si kembar. Memijat. Wiwid yang tinggal di Surabaya ini kala itu dibantu sama MaMer a.k.a Mama Mertua. Kalo Mamer ngebantuin seandainya si kembar pipis dan poo.. Kalau suami? Suami yang saat itu sibuk belajar cara menggendong si kembar, siap sedia pasang telinga ngedengerin omelan2 keselnya Wiwid.
Lah kok ngomel2? Iya.. jadi sebetulnya Wiwid itu ngalamin Baby Blues ringan sik. Faktor kecapekan secara mental dan fisik sepertinya. Mengingat bertubi-tubinya permasalahan yang dihadapinya. Dari tagihan RS yang besarnya puluhan juta.. sampai ke bayi yang gonta ganti menangis karena kelaparan, plus tidur pun cuman dapet 2 jam seharinya sejak si kembar lahir. Baby blues ini nggak lama dialami Wiwid karena ya itu tadi.. sang suami akan pasang posisi duduk, diam mendengarkan segala omelan2 yang keluar dari mulut Wiwid, sesudah itu Wiwid merasa lega. Dia merasa didengarkan. Ada berapa banyakkah suami yang bersedia seperti ini?
Tapi Allah itu selalu memberikan bantuan kepada hambaNya. Tagihan RS puluhan juta itu terbayar dengan bantuan pinjaman kantor. Puluhan juta itu juga angkanya sudah mendapat keringanan dari pihak RS dengan memberikan diskon kamar 50% dan biaya tindakan dokter ditiadakan. Kok bisa? Karena itu adalah salah satu battlenya Wiwid. Dia berikhtiar menghadap pihak RS berusaha menego biaya persalinannya.
“Kayaknya tampangku dulu melas banget kali yaaa.. 😀 "
Tidur cuman dapet 2 jam sehari.
Cara menyusui si kembar pun diubah dengan menyusui keduanya berbarengan.
Ngurusin makannya.
Perlengkapan pun nggak ada yang mutakhir. Palingan yang dirasa Wiwid ngebantu banget adalah bantal donat yang dia beli nggak sampek Rp200ribu waktu itu untuk bisa nyusuin si kembar berbarengan sekaligus. Merah ASI pun Wiwid menggunakan tangan. Nggak kebeli breast pump electric atau yang manual sekalipun.
Semua itu dijalani Wiwid dengan perasaan ikhlas. Semuanya dia serahkan kepada penciptanya. Pasti akan dimudahkan segala urusannya. Cuti kerja pun Wiwid dapet 5 bulan. Saking sayangnya kantor tempat Wiwid bekerja terhadap karyawannya yang satu ini.
Alhamdulillah sekarang Kira dan Kara sudah berusia 6 tahun dengan pertumbuhan yang normal dan sehat wal afiat. Udah mulai sekolah juga. Dan Wiwid juga menjalani kehidupannya dengan berbagai aktifitasnya. Salah satunya ya blogging.
Cara ngatur waktunya sik gampang aja kalau Wiwid mah.
“Mereka sekolah dari jam 7 s/d 10, berarti waktunya aku kerja/blogging/blog walking. Siang mereka tidur jam 1-3 sore, berarti waktunya aku menghadap laptop.Kalo kerjaan nggak hectic saya bisa blogging atau baca-baca. Kalo hectic ya blog terpaksa menepi sementara"
Wiwid nggak menjadikan kegiatan yang dijalaninya itu sebagai beban, jadi dia bisa lebih enjoy ngejalaninnya. Fokus utama Wiwid adalah membimbing Kira Kara with her best effort dengan menerapkan ilmu-ilmu parenting yang dipelajarinya di sana sini. Ilmu parenting yang didapatpun disharing ke semua orang melalui blognya di The Setyadi's
Like I said before, everybody has their own battle. And everybody can be a hero in their own war.
Terharu baca cerita mbak wiwid. Salut bisa tetep stay positive dalam kondisi seperti itu. Dan aku suka mayo dgn statemenmu kalau setiap orang punya ujiannya sendiri2. 😊
ReplyDeletemerinding bacanya,
ReplyDeletehebat, apalagi masih mau berbagi dengan menuliskannya di blog.
terima kasih
Salut sama mbak wiwidnya, bisa tetap tabah dan berpositif thinking
ReplyDeleteAnaknya juga lucu dan imut banget ya
Salam buat mbak wiwid, she's already inspiring another people. Thanks for share this story on your blog, btw.
ReplyDeleteSalam,
Syanu.
Salam kenal untuk Mbak Wiwid, pantaslah jika surga berada di bawah telapak kaki Ibu, karna perjuangan dan kesabarannya bisa menjadi contoh untuk para ibu2 dilur sana, termasuk saya pribadi.
ReplyDeleteThanks for share Mbak Mayoo 😊